Vaksinku-Vaksinmu
A. PENGGOLONGAN VAKSIN
1. Berdasarkan asal antigen
a. Berasal
dari bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)
1) Virus
: Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
2) Bakteri
: BCG
b. Berasal dari bibit penyakit
yang dimatikan (inactivated)
1) Seluruh
partikel diambil:
- Virus : IPV (Inactivated Polio Vaccine), Rabies
- Bakteri: Pertusis
2) Sebagian
partikel diambil:
a) Berdasarkan
protein:
Sub
Unit : Aseluler Pertusis
Toxoid:
DT
b) Berdasarkan
Polisakarida
Murni:
Meningicocal
Gabungan
: Hib (Haemofilus Influenza type B)
c) Rekombinan
(rekayasa genetika): Hepatitis B
2. Berdasarkan Sensifitas terhadap suhu
Vaksin sensitive suhu beku,
yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin di bawah 0 oC,
seperti: Hepatitis B, DPT/HB, DT, TT
Vaksin
sensitife Panas, yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas
yang berlebihan, seperti, Polio, Campak, dan BCG
B. JENIS VAKSIN
Vaksin
ini adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang sudah dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin = BCG) dari strain Paris No.
1173-P2.
Indikasi
Untuk
Imunisasi aktif terhadap tuberkulosa.
Komposisi
Setelah
dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin mengandung:
Basil
BCG hidup 0,375 mg
Natrium
Glutamat 1,875 mg
Natrium
klorida 9 mg
Dosis
dan Cara Pemberian
Tambahkan
pelarut ke dalam ampul berisi vaksin BCG beku kering dengan alat suntik yang
steril dan kering dan jarum yang panjang. Untuk bayi (≤ 1 tahun) tambahkan 4 ml
pelarut dan untuk anak tambahkan 2 ml pelarut.
Disuntikkan
secara Intrakutan (i.c) di daerah
insertion M. Deltoideus.
Dengan
dosis:
Bayi
≤ 1 tahun : 0,05 ml
Anak
> 1 tahun : 0,1 ml
Efek
Samping
Imunisasi
BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Satu hingga dua
minggu kemudian timbul indurasi dan eriterna di tempat suntikan yang berubah
menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka ini tidak memerlukan
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan/atau leher,
terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak
memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya. Sekalipun sangat
jarang, karena dosis berlebihan atau suntikan terlalu dalam (subkutan) pada
bayi < 1 tahun kadang-kadang dapat terjadi limfadenitis supurativa. Proses
ini bersifat tenang dan akan sembuh spontan sekalipun tanpa pengobatan.
Kontraindikasi
Adanya
penyakit kulit yang berat/menahun seperti eksim, furunkulosis dan sebagainya,
serta orang yang sedang menderita TBC.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
harus disimpan pada suhu 2o-8oC. Lebih baik dalam
freezer. Pengangkutan dalam keadaan dingin (2o-8oC) dan
terhindar dari sinar matahari langsung/tidak langsung
Daluarsa
: 1 tahun
Vaksin
yang sudah dilarutkan:
1. Harus
dipakai dalam waktu 3 jam, dan selama waktu tersebut, vaksin harus dalam
keadaan dingin (2o-8oC, jangan disimpan di dalam freezer)
2. Setelah
3 jam, bila ada sisa jangan dipakai lagi.
Kemasan
Vaksin
BCG kering beku ini tersedia dalam kemasan ampul dengan 4 ml pelarut dalam
ampul.
2. Vaksin
Jerap Difteri Tetanus
Deskripsi
Vaksin
DT adalah vaksin yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang telah
dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen vaksin per dosis sedikitnya
30 IU (International Unit) untuk potensi toksoid Difteri dan sedikitnya 40 IU
untuk potensi toksoid Tetanus.
Indikasi
Untuk
Imunisasi secara simultan terhadap difteri dan tetanus.
Komposisi
Tiap
ml mengandung:
Toksoid
Difteri yang dimurnikan 40 Lf.
Toksoid
tetanus yang dimurnika 15 Lf.
Aluminium
fosfat 3 mg
Thimerosal
0,1 mg
Dosis
dan Cara Pemberian
Vaksin
harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan suspense. Vaksin
harus disuntikkan secara intramuskuler (i.m)
atau subkutan (s.c) yang dalam.
Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan.
Vaksin DT dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk individu usia 8
tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin jerap Td.
Vaksin
DT lebih dianjurkan untuk diberikan pada usia anak-anak daripada vaksin DTP
jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Untuk anak-anak
sedikitnya 3 kali penyuntikan secara intramuskuler dengan dosis 0,5 ml dengan
interval 4 minggu. Vaksin DT dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin
BCG, Campak, Rubella, Mumps, Polio (OPV dan IPV), Hepatisis B, Hib, dan Yellow
Fever.
Efek Samping
Gejala-gejala
seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan
kadang-kadang gejala demam.
Kontraindikasi
Dosis
kedua atau selanjutnya dari vaksin DT jangan diberikan pada anak yang menderita
gejala-gejala berat setelah pemberian dosis sebelumnya. Seseorang yang
terinfeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) baik tanpa gejala maupun
dengan gejala, imunisasi DT harus berdasarkan jadual standar tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
DT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2o-8oC,
tidak boleh dibekukan.
Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin
DT tersedia dalam vial 10 dosis
3. Vaksin Difteri Tetatus Pertusis
Deskripsi
Vaksin
DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke
dalam 3 mg/ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai
pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU
difteri, dan 60 IU tetanus.
Indikasi
Untuk
Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dab batuk rejan.
Komposisi
Tiap
ml mengandung:
Toksoid
difteri yang dimurnikan 40 Lf.
Toksoid
tetanus yang dimurnikan 15 Lf.
C. Pertussis
yang diinaktivasi 24 OU
Aluminium
fosfat 3 mg
Thimerosal
0,1 mg
Dosis
dan Cara Pemberian
Vaksin
harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan
secara intramuskuler (i.m) atau
subkutan (s.c) yang dalam. Bagian
anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat penyuntikan.
(Penyuntikan di bagian pantat/ bokong pada
anak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul).
Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi local. Satu
dosis adalah o,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan
syringe yang steril.
Di
Negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DTP
harus mulai sesegera mungkin dengan dosis petama diberikan pada usia 6 minggu
dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin
DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan
vaksinasi BCG, Campak, Polio, Hepatitis B, Hib, dan vaksin Yellow Fever.
Efek Samping
Terjadinya
gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada
tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,
iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
Menurut dugaan komplikasi neurologis yang disebabkan oleh komponen pertusis
sangat jarang terjadi, observasi yang telah dilakukan menunjukkan gejala ini
jarang terjadi jika dibandingkan dengan gejala-gejala lain yang ditimbulkan
oleh imunisasi DTP.
Kontraindikasi
Terdapat
beberapa kontra indikasi yang berkaitan dengan suntikan pertama DTP. Gejala-gejala
keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis.
Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami
gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP. Komponen pertussis harus
dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk
individu penderita HIV baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi
imunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
DTP harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu 2oC-8oC
tidak boleh dibekukan
Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin
tersedia dalam kemasan vial 10 dosis
*baca
artikel; Pentavalent- Pentabio
4. Vaksin
Jerap Tetanus
Deskripsi
Vaksin
TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
Vaksin TT Digunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus.
Indikasi
Untuk
imunisasi aktif terhadap tetanus
Komposisi
Tiap
ml mengandung:
Toksoid
tetanus yang dimurnikan 20 Lf.
Aluminium
fosfat 3 mg
Thimerosal
0,1 mg
Dosis
dan Cara Pemberian
Vaksin
harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan suspense. Vaksin
harus disuntikkan secara intramuskuler (i.m)
atau subkutan (s.c) yang dalam.
Jarum suntik dan syringe yang streil harus digunakan pada setiap penyuntikan.
Imunisasi
TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis
primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam
dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6 – 12 bulan
berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia
subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat diberikan 1 tahun
setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat.
Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
Efek Samping
Efek
samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang
gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan.
Kontraindikasi
Gejala-gejala
berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi oleh virus HIV
baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan
standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
TT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 oC-8 oC.
Tidak boleh dibekukan
Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin
TT tersedia dalam vial 10 dosis dan 20 dosis
5. Vaksin Tetanus
Toksoid-Uniject
Vaksin
TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus.
Indikasi
Untuk
Imunisasi aktif terhadap tetanus
Komposisi
Tiap
ml mengandung:
Toksoid
tetanus yang dimurnikan 20 Lf.
Aluminium
fosfat 3 mg
Thimerosal
0,1 mg
Dosis
dan Cara Pemberian
Vaksin
harus disuntikkan secara intramuskuler (i.m)
atau subkutan (s.c) yang dalam.
Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap
penyuntikan.Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal
terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau
subkutan yang dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis
ketiga pada 6 – 12 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap
tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis
keempat diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1
tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama
masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
Efek Samping
Efek
samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang
gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan.
Kontraindikasi
Gejala-gejala
berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi oleh virus HIV
baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan
standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
TT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 oC-8 oC.
Tidak boleh dibekukan
Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin
TT tersedia dalam Uniject 0,5 ml6. Vaksin Polio Oral
Deskripsi
Vaksin
oral polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi
viruspoliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan,
dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. Vaksin
oral polio ini telah memenuhi persyaratan WHO. (WHO-TRS:800,1990)
Indikasi
Imunisasi
aktif terhadap poliomyelitis
Komposisi
Tiap
dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus polio tidak kurang dari:
Tipe1
: 106,0 CCID50
Tipe2
: 105,0 CCID50
Tipe3
: 105,8 CCID50
Dosis
dan Cara Pemberian
Vaksin
polio harus diberikan secara oral sebanyak 2 tetes langsung ke dalam mulut
melalui pipet atau dispenser. Harus dijaga jangan sampai vaksin dalam dropper
multi dose terkontaminasi oleh air liur.
Bayi
harus menerima minimal 3 dosis OPV dengan interval minimum 4 minggu. Di daerah
non endemic, dosis pertama diberikan mulai usia 6 minggu bersamaan dengan dosis
pertama DTP. Di daerah endemic, diperlukan dosis ekstra yang diberikan segera
setelah bayi dilahirkan. OPV tetap aman dan efektif jika diberikan pada waktu
bersamaan dengan pemberian vaksin Campak, DTP, DT, Td, TT, BCG, Hepatitis B dan
Yellow Fever.
Efek Samping
Pada
umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000:
Bull WHO 66: 1988).
Kontra Indikasi
Vaksin
jangan diberikan pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada
efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang
sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis
ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bayi yang mengidap HIV baik yang tanpa
gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV dilakukan berdasarkan jadual standar
tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Jika
disimpan pada suhu -20 oC atau lebih rendah, potensi vaksin sesuai
yang tertera pada vial di atas sampai masa daluarsa. Tidak boleh disimpan pada
suhu 2o-8 oC selama periode waktu lebih dari 6 bulan.
Bila vaksin sudah dibuka dan disimpan pada suhu 2 o- 8 oC,
potensi vaksin bertahan untuk selama 7 hari.
Daluarsa tergantung dari penyimpanan:
-20 oC daluarsa : 2 tahun
2o- 8 oC daluarsa : 6
bulan
Kemasan
Vaksin
tersedia dalam kemasan 20 dosis yang masing-masing dilengkapi 1 buah dropper.
7. Vaksin Campak Kering
Deskripsi
Vaksin
campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml)
mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70, dan tidak
lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini
berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril
yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah memenuhi
persyaratan WHO untuk vaksin campak.
Indikasi
Untuk
Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.
Komposisi
Tiap
dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung:
Virus
Campak ≥ 1.000 CCID50
Kanamycin
sulfat ≤ 100 mcg
Erithromycin
≤ 30 mcg
Dosis
dan Cara Pembuatan
Imunisasi
Campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan (s.c), lebih baik pada lengan atas.
Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril. Vaksin
yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum 8 jam)
dan itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2o-8oC
serta terlindungi dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk
sebelum digunakan
Satu
dosis vaksin campak ukup untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi. Di
Negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena penyakit campak tinggi
pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan imunisasi terhadap campak
sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270 hari). Di Negara-negara yang kasus
campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan lebih dari usia tersebut.
Vaksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan bersamaan dengan
vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio (OPV dan IPV), Hepatisis B, dan Yellow
Fever.
Efek
Samping
Hingga
15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya Encephalitis setelah vaksinasi
pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang
diberikan.
Kontraindikasi
Terdapat
beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin campak. Walaupun
berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi. Demam
ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit
ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi
terjadi bagi individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan
erythromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin belum
diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi. Vaksin campak kontraindikasi
terhadap Individu pengidap virus HIV atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma atau generalized malignancy.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
campak beku kering harus disimpan pada suhu di bawah 8 oC (lebih baik
kalau di bawah 0 oC) sampai ketika vaksin akan digunakan. Tingkat
stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan pelarut) disimpan pada suhu -20 oC.
Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi disimpan pada kondisi sejuk sampai dengan
ketika akan digunakan. Vaksin harus terlindung dari sinar matahari.
Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin
tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul.
8. Vaksin Hepatisis B
Rekombinan
Deskripsi
Vaksin
Hepatisis B Rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious,
berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha
menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna
putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gen HBsAg, yang
dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisika kimia seperti
ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.
Indikasi
Untuk
imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti virus
Hepatisis A, Hepatisis C atau virus lain yang diketahui dapat menginfeksi hati.
Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-orang
yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus Hepatisis B, seperti: petugas
kesehatan, pasien transfusi darah, petugas lembaga permasyarakatan,
penyalahgunaan obat suntik, dan sebagainya.
Komposisi
Setiap
1 ml vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium hidroksida
0,5 mg.
Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg
yang teradsorbsi pada Aluminium hidrosida 0,25 mg.
Seluruh formulasi mengandung Thimerosal 0,01
w/v% sebagai pengawet.
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin
Hepatisis B disuntikkan secara intramuskuler (i.m), jangan disuntikkan secara intravena (i.v) atau intradermal/
intrakutan (i.c)
Dosis
untuk dewasa (≥ 10 tahun) 1,0 ml. Sedangkan dosis untuk bayi/anak (<10
tahun) 0,5 ml. Pada Anak/Dewasa > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot
deltoid, sedangkan pada bayi sebaiknya pada anterolateral paha. Vaksin
Hepatisis B rekombinan dapat diberikan secara subkutan (s.c) khusus pada pasien
yang mempunyai kecendrungan perdarahan berat (seperti hemofilia).
Vaksin
harus dikocok dahulu sebelum digunakan.
Vaksinasi
dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler (i.m)
dengan jadual 0-1-6 bulan. Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun
setelah vaksinasi dasar.
Vaksin
Hepatisis B Rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatisis B
immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan
bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV dengan menggunakan jarum suntik dan lokasi
penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon imun terhadap
vaksin-vaksin tersebut.
Efek Samping
Reaksi
local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah
belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.
Kontraindikasi
Hipersensitif
terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin
Hepatisis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan kepada penderita infeksi
ringan.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin
harus disimpan pada suhu 2o-8oC.
Daluarsa : 26 bulan
Peringatan
dan Perhatian
- Efek antigen terhadap janin belum diketahui dan karena itu vaksinasi terhadap wanita hamil tidak direkomendasikan, kecuali pada keadaan resiko tinggi.
- Epinephrine sebaiknya selalu tersedia untuk penanganan reaksi anafilaktik
- Mengingat masa inkubasi virus Hepatisis B panjang, ada kemungkinan terjadi infeksi yang tidak diketahui pada saat vaksinasi.
- Jangan diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal, karena tidak akan memberikan respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara intravena.
- Pada pasien dialysis dan orang yang mempunyai kelemahan system imun, respon antibody mungkin tidak cukup setelah vaksinasi dasar, karena itu perlu diberikan vaksinasi ulang.
Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial multi dosis
2,5 ml.